TRADISI PEMBERIAN NAMA (PENAMAAN) KEPADA BAYI BAGI ORANG SABU PADA MASA LAMPAU

TRADISI PEMBERIAN NAMA (PENAMAAN) KEPADA BAYI BAGI ORANG SABU PADA MASA LAMPAU

Oleh : Sonny Pellokila

Setelah tali pusar dipotong, seseorang bayi akan diberi nama (pehuni ngara). Namun seringkali terjadi bahwa nama telah dipilih sebelum bayi dilahirkan. Nama-nama yang diberikan kepada anak-anak pada dasarnya adalah nama leluhur, karena hal itu harus dilestarikan. Keadaan atau pengalaman khusus saat melahirkan juga dapat mempengaruhi pemberian nama. Ada beberapa cara bagi orang Sabu untuk menemukan nama bagi anak-anak mereka. 

Cara Pertama : 

Permintaan nama kepada leluhur (ama-apu) untuk anak yang baru lahir. Tombak ditusukan ke dalam gaya (tarru); tangan kiri memegang ujung tombak, sedangkan tangan kanan mencoba meraih tiang. Nama-nama leluhur terus disebutkan, hingga peramal berhasil mencapai gaya tersebut. Nama yang disebutkan pada waktu itu kemudian diberikan kepada si kecil, karena nenek moyang memberikan izin untuk menggunakannya ("kerai wango").

Cara Kedua: 

Dari titik tertentu seseorang mengukur satu bentang dengan ibu jari dan jari tengah, setelah ini mengukur miring ke atas dan kemudian mencoba menyentuh titik pertama secara akurat.

Cara Ketiga: 

Adalah pekerjaan wanita. Seseorang menggantung batu pada tali dan membiarkannya berayun; jika tali berayun lurus ke depan, nama yang benar telah dipukul. Permainan ini diulang sampai berhasil dan dengan demikian sebuah nama telah ditetapkan. Baik tidaknya nama yang diterima terlihat dari pertimbangan kritis alami. 

Namanya salah kalau :

(1). Pusar berdarah terus menerus (2). Anak menangis terus menerus (3). Tidak memiliki akhir yang bahagia.

Jika hal ini terjadi terus menerus, meskipun faktanya semua kemungkinan nama leluhur telah diberikan, maka seseorang melanjutkan untuk mencari nama lain, misalnya : rai (tanah), kota (kampong), wadu (batu); atau nama benda langit, seperti : liru (langit), moto (bintang); atau dengan angka, misalnya: heo (sembilan), nguru (sepuluh); dan menurut kualitasnya, seperti : dera (panjang), baba (pendek), Ie (baik); dan akhirnya nama-nama pohon, seperti : wennji (pinang), pau (mangga).

Bahkan di usia tua, orang-orang Sabu tahu bagaimana mengubah nama anak-anak mereka, jika misalnya anak selalu sakit.

Sumber :

1926, F. H. Van de Wetering. De Savoeneezen (Page 516-518)

Tags

Top Post Ad

Copyright © 2022 By Media Kota News.com | Powered and Design By Media Kota News.com