PULAU ROBBEN-CAPE TOWN-AFRIKA SELATAN MERUPAKAN TEMPAT PENGASINGAN BAGI NDAOMANU SINLAE SEBAGAI MANEK TERMANU DARI PULAU ROTE
Oleh : Sonny Pellokila
Pulau Robben (Robben Island) terletak di Teluk Table, 6,9 km sebelah barat pesisir Bloubergstrand, Cape Town-Afrika Selatan. Nama pulau ini berasal dari bahasa Belanda yang berarti "pulau anjing laut". Sejak akhir abad 17, Belanda memfungsikan Pulau Robben sebagai penjara, tempat pembuangan, pengasingan, pengucilan, hingga pengusiran. Pada akhir abad 17 sampai pertengahan abad 19, para tahanan atau pemberontak di lepas di Pulau ini begitu saja dan membiarkan mereka untuk mencari makanan sendiri untuk bertahan hidup atau lebih dikenal dengan “penjara terbuka” (tanpa jeruji besi).
Sebagai “penjara terbuka”, Robben Island ditutup tahun 1846, dan kemudian sebuah rumah sakit didirikan bagi penderita penyakit kronis, kusta, dan sakit jiwa. Namun tahun 1931 rumah sakit itu ditutup. Sejak tahun 1936, pulau itu digunakan untuk kepentingan militer Afrika. Namun pada 1959, difungsikan kembali sebagai “penjara tertutup” bagi tahanan politik rezim apertheid. Selama periode tersebut, penjara Robben Island menjadi penjara paling terisolasi dan paling dtakuti di Afrika Selatan. Akhirnya penjara itu ditutup pada 1996, dan sekarang digunakan sebagai museum.
Nelson Rolihlahla Mandela adalah seorang revolusioner antiapartheid dan politisi Afrika Selatan yang menjabat sebagai Presiden Afrika Selatan sejak 1994 sampai 1999 pernah menjalani masa kurungan dalam jeruji besi di Pulau Robben selama 20 tahun (1962-1982). Pulau Robben merupakan pulau yang kaya akan sejarah dengan kisah yang cukup pilu, terutama bagi umat muslim dan tokoh-tokoh politik Afrika Selatan. Pada tahun 1999, Pulau Robben masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO.
Jauh sebelum masa Nelson Mandela menjalani hukuman di Pulau tersebut, pada tahun 1681, Belanda telah membawa tahanan-tahanan dan pemberontak dari Malaysia, India, Sri Lanka dan Indonesia untuk dibuang atau diasingkan ke Pulau Robben, Cape Town-Afrika Selatan.
Seorang Manek Termanu di pulau Rote yang bernama Ndaomanu Sinlae tiba di pulau ini dengan menggunakan kapal Cornelia pada tahun 1738. Ia dituduh oleh VOC sebagai orang yang paling berbahaya dan menganggu ketentraman di pulau Rote sehingga harus menjalani masa hukuman 10 tahun kerja paksa untuk membangun infrastruktur di Pulau Robben (Smith, 2013). Para tahanan hanya diberi makan sekali dalam sehari sehubungan dengan kerja paksa tersebut. Selanjutnya mereka berkewajiban untuk mendapatkan makanan dan kehidupannya sendiri di Pulau tersebut. Karena Ndaomanu Sinlae dianggap orang berbahaya, maka kedua kakinya tetap di rantai, namun rantai tersebut dibiarkan renggang antara kaki kiri dan kaki kanan agar dia dapat berjalan sebagimana mestinya.
Di Pulau Robben, terdapat banyak tokoh terkernal dari Indonesia yang menjadi tahanan VOC, yaitu : Achamat dari Ternate yang tiba di pulau Robben tahun 1723, Sheik Madura tiba pada tahun 1742 (Sheik Madura wafat di sini di tahun 1754), Daeng Mangeman tiba pada tahun 1749, (El-Gohary dkk, 2017:110).
Walaupun masa hukuman Ndaomanu Sinlae hanya 10 tahun, namun Ndaomanu Sinlae baru dibebaskan setelah 12 tahun menjalani hukuman, dan diizinkan kembali ke tempat asalnya. Ndaomanu Sinlae dibebaskan dari Pulau Robben, Cape Town-Afrika Selatan pada tanggal 29 Desember 1751. Ia dipulangkan ke Batavia (Jakarta) dengan sebuah kapal bersama seorang temannya (sesama tahanan) keturunan Cina yang bernama Lim Soeijiko (C. Cornell & A. Malan, 2008 : 35).
Sampai saat ini, belum ada suatu rerferensi lebih lanjut yang menunjukkan apakah Ndaomanu Sinlae melanjutkan perjalanannya ke pulau Rote setelah tiba di Batavia atau Ndaomanu Sinlae tetap menetap di Batavia.
Sumber :
1996, Harriet Deacon. The Island: A History of Robben Island, 1488-1990.
2008, Carohn Cornell & Antonia Malan. Places at the Cape: a guidebook for beginner researchers. Hal. 35.
2010, Dewan Bahasa dan Pustaka. Melayu Cape di Afrika Selatan.
2013, Charlene Smith. Robben Island: A place of Inspiration: Mandela's Prison Island.
2017, El-Gohary, Hatem, Edwards, David John, Eid, Riyad. Global Perspectives on Religious Tourism and Pilgrimage. Hal. 110.