BERDIRINYA JEMAAT PROTESTAN DI KUPANG DAN USIA JEMAAT KOTA KUPANG
Oleh : Sonny Pellokila
Jemaat protestan Kupang merupakan benih dari Jemaat Kota Kupang (JKK). Usia Jemaat Kota Kupang ditandai dengan berdirinya jemaat protestan di Kupang. Berdirinya Jemaat protestan di Kupang tidak terlepas dari eksistensi seorang pendeta yang bernama Matthijs van den Broeck di Kupang pada tahun 1614 dan komunitas etnis Helong.
Tidak banyak referensi mengenai perkembangan jemaat protestan di Kupang pada tahun 1614-1615, namun ada beberapa surat-surat diplomatik yang dapat dijadikan landasan untuk menentukan berdirinya jemaat protestan di Kupang pada awal VOC menduduki Kupang pada tahun 1613. Surat-surat tersebut antara lain :
SURAT TENTANG PENANGANAN SOLOR DARI KOMANDAN APOLLONIUS SCHOTTE KE KASTIL DEWAN HINDIA BELANDA
”Setelah Solor ditaklukkan, raja Kupang menyatakan siap menerima agama Kristen bersama rakyatnya”. Ditulis oleh Apollonius Schotte dari atas kapal TER VEER, 5 Juli 1613 (De Koning van Coepang verklaart zich, na de verovering van Solor, gezind om met zijn volk de Christelijke Godsdienst aan te nemen). Uit het schip TER VEER, 5 July 1613 (Grothe 1890:28).
Surat ini menggambarkan bahwa ada kerinduan dari orang-orang pribumi untuk mendengar “berita keselamatan”, terutama raja Kupang yang memiliki sedikit pengetahuan tentang agama Kristen. Selama ini, berita keselamatan (injil) hanya berorientasi kepada pimpinan dan pegawai-pegawai VOC yang menempati benteng. Jadi walupun pada tahun 1613 di Kupang belum di bangun sebuah benteng, namun dengan optimis raja Kupang (raja Helong) menyatakan siap menerima agama Kristen bersama rakyatnya. Bahkan dia bersedia memberikan sebidang tanah kepada VOC untuk membangun benteng disitu (Grothe 1890:28). Surat dari Apollonius Schotte tertanggal 5 Juli 1613 merupakan entry point kehadiran pendeta protestan di Kupang.
Menurut J.J. Detaq yang biasa disapa dengan Aco Detaq, raja Kupang pada awal 17 adalah KoEn Lai Bissi (Detaq 1972:6). Menurut Hans Hagerdaal, raja Kupang yang menerima perwakilan atau utusan VOC pada 1613 adalah Ama Pono I. (Hagerdaal 2012:94). Sedangkan menurut Adolf Bastian, raja Kupang pada waktu itu adalah Bässi Nissi I (Bastian 1884:10). Dalam tradisi lokal Helong, Bässi Nissi dapat dikenal sebagai Bissi Lissin.
SURAT DARI ADRIAAN VAN DE VELDE, GUBERNUR DI SOLOR KEPADA GUBERNUR JENDERAL PIETER BOTH
“Timor masih sepenuhnya kafir, meskipun Portugis tinggal lama di sana. Pendeta van den Broeck telah dikirim ke sana, karena tidak banyak yang bisa dia lakukan di Solor, di antara orang-orang Kristen Romawi yang bermusuhan. Pertanyaannya adalah apakah v.d. Broeck adalah orang yang tepat untuk itu. Namun, harus dicoba dengan raja Coepang yang telah memiliki sedikit pengetahuan tentang agama Kristen”. Solor, 1 Mei 1614 (Timor is nog geheel heidensch, niettegenstaande het lange verblijf van de Portugesen aldaar. De predikant van den Broeck is er heen gezonden, daar op Solor voor hem weinig te doen is onder de roomsche christenen, die vijandig gezind zijn. Het is de vraag of v. d. Broeck daarvoor wel de rechte man is. Het moet echter worden beproefd , bij den koning van Coepang , die eenige kennis heeft van het christendom). Solor, 1 Mei 1614 (Grothe 1890:38).
Surat dari Adriaan van de Velde sebagai gubernur Solor kepada Pieter Both sebagai gubernur jenderal tertanggal 1 Mei 1614, semacam laporan dari Adriaan van de Velde kepada Pieter Both sebagai atasannya bahwa dia telah memindahkan pendeta Matthijs van den Broeck dari Solor ke Kupang dengan alasan seperti tertera didalam surat tersebut. Dari surat ini, tergambar bahwa Matthijs van den Broeck telah tiba di Kupang sebelum surat ini ditulis pada 1 Mei 1614. Surat ini dapat dijadikan sebagai titik nol atau titik awal pelayanan pendeta Matthijs van den Broeck di Kupang.
Dari surat dari Adriaan van de Velde dapat dilihat dengan jelas bahwa salah satu alasan utama pemindahan Matthijs van den Broeck adalah keselamatan dirinya di antara orang-orang Kristen Romawi (Katolik Roma) di Solor dan sekitarnya yang saling bermusuhan. Namun tampaknya ada keragu-raguan dalam diri Adriaan van de Velde untuk menempatkan Matthijs van den Broeck di Kupang. Keraguan ini didasari pada aspek proteksi keamanan bagi seorang pendeta oleh VOC ketika ditempatkan di Kupang. Inilah pertama kali, Matthijs van den Broeck ditempatkan ke suatu tempat tanpa benteng (seolah-olah dilembah kekelaman), dimana tidak ada orang-orang Eropa yang dilayani disitu, atau militer dan pegawai-pegawai VOC, dan hanya orang-orang pribumi yang dilayani (etnis Helong). Sebelumnya, Matthijs van den Broeck pernah ditempatkan di benteng Victoria-Ambon pada bulan Maret 1612 dan benteng Henricus-Solor pada bulan Januari 1614.
SURAT DARI CRIJN VAN RAEMBURCH, OPPERKOOPMAN DI SOLOR KEPADA GUBERNUR JENDERAL PIETER BOTH
“Pendeta v.d. Broeck telah berbicara dengan raja Coupan tentang adopsi agama Kristen, hal ini telah menunjukkan niat baik pada dirinya, di mana setiap upaya yang dilakukan olehnya dapat diselesaikan sebanyak mungkin”. Solor, 13 Aug. 1614 (De pred. v. d. Broeck met den koning van Coupan over de aanneming van het Christendom gesproken heeft, “die hem” tot sulcx goetwillich heeft getoont, waer naer sal getracht werden om hem”daertoe te verwilligen, soo veel mogelijck sal weesen). Solor, 13 Aug. 1614 (Grothe 1890:38).
Walaupun baru triwulan pertama Matthijs van den Broeck melayani di Kupang, namun surat dari Crijn van Raemburch, opperkoopman Solor kepada gubernur jenderal Pieter Both tertanggal 13 Agustus 1614 dapat dijadikan sebagai dasar terbentuknya jemaat protestan di Kupang yang terdiri dari orang-orang pribumi (etnis Helong). Hal ini digambarkan oleh S. Coolsma, bahwa banyak perubahan yang dicapai pada hari-hari awal kedatangan Matthijs van den Broeck di Kupang. Hal ini mungkin karena tidak ada pendeta yang pernah mengunjungi tempat ini (Coolsma 1901:41). Namun S. Coolsma tidak menggambarkan secara detail, perubahan-perubahan seperti apa yang terjadi. Apakah Matthijs van den Broeck berhasil membaptis raja Kupang?; Apakah ia berhasil membaptis orang-orang Helong pada waktu itu?; Bagaimana cara kerjanya?. Mengenai semuanya ini tidak terdapat informasi yang pasti. Hal ini disebabkan karena Kupang pada waktu itu bukan merupakan stasiun dan basis pertahanan VOC sehingga informasi mengenai perkembangan jemaat protestan di Kupang, terisolasi untuk di akses sehingga tidak dapat di ekspose.
Stasiun dan basis pertahanan VOC pada saat itu masih berpusat di benteng Solor. Di Kupang belum terdapat benteng VOC, oleh karena itu diduga pelayanan Matthijs van den Broeck hanya sebatas pada lingkup sonaf raja di Kai Salun sebagai tempat pertemuan rakyat dengan rajanya. Support VOC terhadap Matthijs van den Broeck dalam hal proteksi dari sisi keamanan tidak dapat dijamin, terutama ancaman dari Portugis. Hal ini dapat dilihat pada kematian raja Kupang (Ama Pono I), tampaknya dibunuh atas dorongan Portugis pada tahun 1619, ketika ia membuat kesepakatan dengan VOC pada tahun 1613 (Hagerdaal 2012:94).
Pada tahun 1615, Matthijs van den Broeck mengundurkan diri dari pelayanannya di Kupang dan kembali ke Belanda. Menurut Cooley, keputusan ini dibuat oleh Matthijs van den Broeck lantaran ia mengalami berbagai hal yang tidak menyenangkan selama masa tugasnya. Mengenai hal yang tidak menyenangkan itu, Cooley tidak memberikan informasi lebih lanjut (Cooley 1976, 30-31).
Seperti statement S. Coolsma, bahwa banyak perubahan yang dicapai pada hari-hari awal kedatangan Matthijs van den Broeck di Kupang. Hal ini membuktikan bahwa ada perubahan dan perkembangan jemaat protestan di Kupang, namun karena informasi ini tidak dapat di akses untuk di ekspose pada waktu itu, perubahan dan perkembangan seperti apa?, tidak diketahui. Oleh karena itu, berdirinya jemaat protestan di Kupang dapat ditetapkan bedasarkan surat dari Crijn van Raemburch, opperkoopman Solor kepada gubernur jenderal Pieter Both tertanggal 13 Agustus 1614. Dengan demikian pada tanggal 13 Agustus 2022, Jemaat Kota Kupang (JKK) telah berusia 408 tahun.
Sumber :
1884, Adolf Bastian. Indonesien Oder Die Inseln Des Malayischen Archipel.
1890, J.A. Grothe. Archief Voor De Geschiedenis Der Oude Hollandsche Zending. De Molukken, 1603-1624. Volume 4-6.
1901, S. Coolsma. De zendingseeuw voor Neederlandsch Oost-Indië.
1972, J.J. Detaq. Memperkenalkan Kota Kupang (Tidak dipublikasi).
1976, Frank F. Cooley. Benih yang Tumbuh XI: Gereja Masehi Injili di Timor. Jakarta: Lembaga Penelitian dan Studi Dewan Gereja-gereja Se-Indoensia.
2012, Hans Hagerdaal. Lords of the land, Lords of the sea. Conflict and adaptation in early colonial Timor, 1600-1800.