Lestarikan Budaya & Bahasa Daerah, BP Pemuda Pniel Oebobo : Kami Terus Rawat
KUPANG, Media Kota News. Com - Tak dapat dipungkiri, kemajuan teknologi dan informasi dewasa ini turut memberikan andil yang cukup besar terhadap budaya dan bahasa daerah.
Keberagaman bahasa dan budaya yang menjadi kearifan lokal mulai tergerus bahkan terancam punah sejalan dengan kemajuan teknologi informasi saat ini.
Ketua Badan Pengurus Pemuda GMIT Pniel Oebobo Kupang, Yeny Dopong Tonung saat berbincang-bincang dengan Media Kota News. Com di sela-sela acara penutupan pameran budaya dan bahasa di halaman Gereja Pniel Oebobo, Selasa (31/05/2022) malam mengaku prihatin dengan budaya dan bahasa yang menjadi kearifan lokal berada diambang kepunahan.
Ia mengatakan pergelaran pameran budaya dan bahasa GMIT Pniel Oebobo merupakan bentuk nyata kepedulian gereja terhadap budaya dan bahasa yang mulai tergerus.
Perempuan asal Pulau Alor ini mengatakan, masuknya budaya luar telah menidurkan generasi muda yang mulai meninggalkan budaya dan bahasa daerahnya.
Ia mencontohkan, Alor dengan keragaman budaya dan bahasa, saat ini terdapat sejumlah wilayah di pulau kenari tersebut, bahasa lokal dan budayanya telah punah.
Pada hal kata Yeny, budaya dan bahasa daerah merupakan warisan leluhur yang semestinya dilestarikan.
Kondisi tersebut demikian Yeny mendorong BP Pemuda GMIT Pniel Oebobo untuk menggelar pameran budaya dan bahasa daerah NTT.
Menurutnya, gereja memiliki tanggung jawab moral dalam merawat serta tercipta generasi muda yang mencintai adat dan bahasa daerah.
"GMIT Pniel Oebobo akan terus merawat adat, budaya dan bahasa daerah melalui kegiatan pameran seperti ini. Melalui kegiatan seperti ini diharapkan iman para pemuda ditingkatkan serta tidak melupakan bahasa dan budaya daerah di tengah gempuran kemajuan serta modernisasi sekarang ini," ungkapnya.
Kegiatan tersebut lanjut Yeny, berawal dari keprihatinan pihaknya terhadap budaya dan bahasa daerah NTT yang terancam punah.
"Kita tidak bisa pungkiri bahwa saat ini budaya dan bahasa kita di NTT sedikit tergeser karena banyak pemuda yang mulai melupakan budaya masing-masing bahkan jarang gunakan bahasa daerah. Bahkan ada satu di daerah di Alor, bahasa daerahnya sudah mulai punah namun ada seorang peneliti asal Denmark yang melaksanakan penelitian di sana berhasil membuat kamus bahasa Alor. Orang luar saja peduli dan bangga dengan bahasa dan budaya daerah kita. Semestinya kita merawat serta melestarikan budaya kita. Kita berharap agar pelestarian budaya dan bahasa daerah bagian dari upaya pertumbuhan iman jemaat, " kata Yeny.
Ia menambahkan, kegiatan pameran yang digelar pihaknya, akan terus digelar setiap tahun.
"Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan bulan bahasa harapannya akan dilaksanakan terus ditahun-tahun selanjutnya, " tutup Yeny. (R1)